Tampilkan postingan dengan label Kota Kecil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Kecil. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 November 2017

Mengenal Kota Padang Panjang, Salah Satu Kota Terkecil di Indonesia

Padang Panjang adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Kota ini berada di dataran tinggi dengan ketinggan antara 650 sampai 850 meter. Lokasinya di kawasan pegunungan yang berhawa sejuk. Suhu minimum kota ini adalah 21,8 C dan suhu maksimumnya adalah 26,1 C dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kota Padang Panjang memiliki curah hujan rata-rata 3.295 mm/tahun. Itulah sebabnya kota ini dijuluki juga dengan sebutan Kota Hujan. 

Gerbang selamat datang di Kota Padang Panjang (foto : flickr.com)

Populasi Kota Padang Panjang berdasarkan data tahun 2014 adalah 49.451 jiwa. Dengan demikian, Padang Panjang memegang status sebagai kota dengan populasi terkecil di Provinsi Sumatera Barat dan masuk dalam jajaran tiga besar kota dengan populasi terkecil di Indonesia. Bukan saja populasinya yang kecil, Kota Padang Panjang juga memiliki wilayah yang mungil. Luas wilayah kota Padang Panjang hanya 23 km². Bahkan Kota Panjang Panjang hanya terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Padang Panjang Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur. 

Nuansa berasaskan Islam sangat kental dengan kota ini. Itulah sebabnya kota Padang Panjang terkenal dengan julukan Serambi Mekah. Berbagai lembaga pendidikan yang berbasis agama Islam sangat mudah dijumpai di kota ini. Salah satunya adalah Sumatera Thawalib yang merupakan sekolah agama Islam paling populer di Indonesia. Selain Sumatera Thawalib, masih ada sejumlah sekolah agama Islam populer lainnya di Padang Panjang. Diantaranya adalah Perguruan Diniyah Putri dan Pesantren Terpadu Serambi Mekkah. 

Sekolah Sumatera Thawalib (foto : suhefriandi.blogspot.com)

Padang Panjang merupakan salah satu kota terpenting di Provinsi Sumatera Barat karena posisinya yang strategis. Kota ini berada pada jalur silang yang terhubung dengan jalur lintas Sumatera. Kota ini menjadi penghubung antara Kota Padang dengan Kota Bukittinggi. Selain itu juga menghubungkan dua kota tersebut dengan Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok dan Kota Solok. Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, kota ini merupakan pertemuan antara jalur kereta api dari Kota Bukittinggi dan dari Kabupaten Solok yang akan menuju Kota Padang atau sebaliknya. Pertemuan jalur kereta api tersebut terdapat di Stasiun Padang Panjang.

Stasiun Padang Panjang tempo dulu (foto : indonesieverleden.blogspot.com)

Bila dilihat berdasarkan potensi daerah, Padang Panjang tergolong kota yang biasa-biasa saja. Tidak banyak potensi daerah yang dapat digali dari Kota Padang Panjang. Apalagi mayoritas daratan Kota Panjang merupakan kawasan pebukitan curam yang sulit untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Maka dari itu, Pemerintah Kota Panjang mencoba memaksimalkan sektor perdagangan dan jasa dengan mamanfaatkan posisi Kota Padang Panjang yang strategis. Selain itu sektor pariwisata juga terus digiatkan di kota ini. Di Kota Panjang terdapat salah satu destinasi wisata paling terkenal di Sumatera Barat yang bernama Minang Fantasi (Mifan). 

Minang Fantasi (foto : juragangelang.com)

Itulah sekilas ulasan tentang kota Padang Panjang di Sumatera Barat. Semoga informasi yang disajikan bermanfaat.

Kamis, 20 April 2017

Sabang, Kota Kecil di Ujung Utara Sumatera

Kota Sabang tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Nama kota ini seringkali dirangkai dengan Kota Merauke untuk menggambarkan ujung barat dan ujung timur Indonesia. Kota Sabang merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Aceh. Lokasinya berada di seberang utara Pulau Sumatera dan merupakan wilayah kepulauan. Pulau Weh merupakan pulau terbesar di Kota Sabang.

Wilayah Kota Sabang merupakan titik paling utara di Indonesia. Salah satu pulaunya, yaitu pulau Rondo adalah pulau terluar Indonesia di bagian utara. Pulau ini berbatasan langsung dengan wilayah Negara India. Namun karena keterbatasan akses, titik nol km Indonesia tidak dibangun di pulau ini, melainkan dibangun di Pulau Weh.

Luas wilayah Kota Sabang adalah 153 km². Topografi Kota Sabang didominasi oleh kawasan berbukit dan bergunung. Sementara populasi Kota Sabang berdasarkan sensus tahun 2010 adalah sekitar 30.000 jiwa. Dilihat dari populasi penduduk, Kota Sabang merupakan salah satu kota dengan populasi terkecil di Indonesia. Mayoritas penduduk Kota Sabang berasal dari Suku Aceh. Selain itu di Kota Sabang juga terdapat Suku Minangkabau, Batak, Jawa, Tionghoa dll.

Seperti yang pernah disinggung sebelumnya, pulau terbesar di Kota Sabang adalah Pulau Weh. Pulau ini merupakan sebuah pulau vulkanik. Sebelumnya Pulau Weh merupakan wilayah yang tersambung dengan daratan Sumatera. Pulau ini terpisah dari daratan Sumatera akibat meletusnya gunung berapi yang terakhir kali terjadi pada zaman Pleistosen. Pulau Weh dikenal dengan kekayaan ekosistemnya. Karena kekayaan ekosistem yang dimilikinya, pemerintah Indonesia menetapkan Pulau Weh sebagai suaka alam.

Pulau Weh dari udara (Foto : Wego.co.id)

Selama ini banyak yang salah kaprah mengira bahwa Kota Sabang merupakan wilayah paling barat di Indonesia. Sebenarnya hal tersebut merupakan sebuah kekeliruan. Wilayah paling barat di Indonesia aslinya berada di Pulau Benggala. Pulau Benggala sendiri merupakan sebuah pulau kecil yang sama sekali tidak berpenghuni. Secara administratif, Pulau Benggala merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Aceh Besar. Jadi, walau Kota Sabang sering disebut-sebut sebagai wilayah paling barat di Indonesia, namun pada kenyataannya wilayah paling barat di Indonesia adalah Kabupaten Aceh Besar.

Saat ini kota Sabang semakin populer dimata wisatawan asing, khususnya bagi wisatawan yang berwisata menggunakan kapal pesiar. Tiap tahunnya jumlah kapal pesiar yang singgah di Kota Sabang selalu meningkat. Pada tahun 2015 lalu, hanya 4 kapal pesiar yang singgah di Kota Sabang. Jumlah kapal pesiar yang singgah di Kota Sabang meningkat menjadi 11 unit pada tahun 2015. Terjadi peningkatan kunjungan hingga 200 persen lebih. Sektor pariwisata di Kota Sabang memang terus menggeliat semenjak ditetapkannya Kota ini sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) oleh Kementrian Pariwisata tahun 2007 lalu.


Rujukan :

Kamis, 16 Maret 2017

7 Objek Wisata Utama Kota Bukittinggi

Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat. Kota ini berjarak sekitar 95,6 km dari Kota Padang, ibukota Sumatera Barat. Diantara kota-kota lainnya di Sumatera Barat, Bukittinggi adalah kota yang paling dikenal sebagai tujuan wisata. Banyak hal yang menjadikan kota Bukittinggi lebih menarik dijadikan tujuan wisata dibandingkan kota-kota lainnya di Sumatera Barat. Mulai dari nilai sejarah, letak geografis dan keindahan alamnya. .

Boleh dibilang Kota Bukittinggi memiliki destinasi wisata yang  beragam. Dari berbagai destinasi wisata di kota Bukittinggi, terdapat beberapa destinasi wisata yang menjelma menjadi pilihan utama bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota Bukittinggi. Berikut adalah 7 diantaranya yang paling pupuler.

1. Jam Gadang


Foto : Pelangiholiday.com

Bisa dibilang Jam Gadang merupakan salah satu monumen yang paling populer di Indonesia. Saat ini Jam Gadang merupakan ikon utama Kota Bukittinggi. Lokasi tempat Jam Gadang ini berada dijadikan sebagai titik nol kilomter Kota Bukittinggi. Jam Gadang berbentuk sebuah menara yang memiliki jam-jam berukuran besar pada keempat sisinya. Diamater masing-masing jam tersebut mencapai 80 cm.

Desain Jam Gadang dirancang oleh arsitek yang bernama Yazid Abidin Rajo Mangkuno. Tinggi Jam Gadang ini mencapai 26 meter dan terdiri dari beberapa lantai. Lantai paling atas difungsikan sebagai tempat penyimpanan bandul. Wisatawan dibolehkan untuk menaiki lantai Jam Gadang ini. Dari puncak Jam Gadang, kita dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Bukittinggi.

2. Ngarai Sianok


Foto : Cumilebay.com

Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah curam yang terletak di perbatasan Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam. Ngarai Sianok menyajikan pemandangan alam yang indah sehingga menjadi salah satu objek wisata andalan Kota Bukittinggi. Lembahnya yang hijau dan aliran sungai yang jernih didasar lembahnya benar-benar memanjakan mata.

Sungai yang berada di dasar lembah Ngarai Sianok ini bernama Sungai Batang Sianok. Sungai ini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak. Di tepian aliran Sungai Batang Anai kita masih dapat menjumpai berbagai tanaman langka seperti rafflesia dan tanaman obat-obatan. Di sana juga dapat dijumpai sejumlah fauna seperti monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul dan tapir.

3. Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan


Foto : Rikadaniel.blogspot.com

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan lebih dikenal dengan sebutan Kebun Bintang Bukittinggi. Lokasinya berada diatas bukit yang bernama Bukit Cubadak Bungkuak. Posisinya yang berada di pusat Kota Bukittinggi, membuat Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan ini begitu mudah dijangkau.

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia. Kebun Binatang ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an. Ketika pertama kali dibangun, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan bernama stormpark (kebun bunga). Saat itu Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan sama sekali belum memiliki koleksi hewan. Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan baru memiliki koleksi hewan pada tahun 1929.

4. Janjang Saribu


Foto : Sidomi.com

Saat ini Janjang Saribu menjadi salah destinasi wisata yang paling diminati di Kota Bukittinggi. Keunikan dari Janjang Saribu ini adalah desainnya yang dibuat mirip seperti Great Wall atau Tembok Raksasa di China. Lokasi Janjang Saribu ini menuruni area Ngarai Sianok.

Dulu tidak terlalu banyak orang yang tertarik dengan objek wisata Janjang Saribu. Namun setelah dilakukan renovasi, barulah objek wisata ini menjadi semakin populer. Janjang Saribu ini memiliki panjang total 780 meter. Sedangkan lebarnya sekitar 2 meter.

5. Benteng Fort de Cock


Foto : Pegipegi.com

Ketika dibangun Oleh pemerintah Hindia Belanda, Benteng Fort de Cock difungsikan sebagai benteng pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau pada saat terjadi Perang Paderi. Sekarang lokasi di sekitar Benteng Fort de Cock telah dijadikan sebagai taman yang bernama Taman Kota Bukittinggi. Lokasi Benteng Fort de Cocok bersebelahan dengan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. Keduanya dihubungkan oleh sebuah jembatan yang bernama Jembatan Limpapeh.

6. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta


Foto : Pegipegi.com

Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta diresmikan pada tahun 1995. Ini bukanlah rumah asli milik keluarga Bung Haatta. Rumah asli tempat kelahiran Bung Hatta telah runtuh pada tahun 1960-an. Namun desain Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta dibuat mengikuti bentuk rumah asli Bung Hatta yang didasarkan pada momoir Bung Hatta dan foto/dokumentasi milik keluarga Bung Hatta. Sebagian besar perabotan yang terdapat pada Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta merupakan barang-barang asli peninggalan masa kecil Bung Hatta yang didapatkan dari keluarga dan kerabat beliau.

7. Lobang Jepang


Foto : Kapanlagi.com

Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang yang difungsikan sebagai tempat perlindungan tentara Jepang.  Diperkirakan ada puluhan sampai ratusan ribu pekerja paksa (romusha) yang dikerahkan untuk membangun Lobang Jepang ini. Tenaga kerja paksa tersebut sebagian besar didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini Lobang Jepang telah menjadi sebuah destinasi wisata paling populer di Kota Bukittinggi. Pintu masuk ke Lobang Jepang terdapat dibeberapa lokasi, yaitu Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi.

Senin, 13 Maret 2017

Pesona Kota Tembagapura di Puncak Papua

Tembagapura adalah salah satu distrik yang berada di Kabupaten Mimika, Papua. Distrik Tembagapura berada pada ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut. Tembagapura berada dekat dengan puncak tertinggi di Oceania, yaitu Gunung Grasberg yang ketinggiannya mencapai 4.200 m diatas permukaan laut. Selain Gunung Grasberg, disekitar Kota Tembagapura juga terdapat gunung lainnya yang bernama Gunung Ertsberg. Kedua gunung ini terkenal karena cadangan emas dan tembaga yang dimilikinya. Saat ini penambangan emas dan tembaga di kedua gunung tersebut dikelola oleh PT Freeport Indonesia. Lahirnya kota Tembagapura juga tidak terlepas dari aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Itulah sebabnya mayoritas penduduk Kota Tembagapura merupakan karyawan dari PT Freeport Indonesia. 

Kota Tembagapura dari udara ( foto : panoramio.com )

Kota Tembagapura berada di lokasi yang cukup terpencil. Selain itu, kota ini tidak dapat diakses sembarangan. Untuk menuju Kota Tembagapura, kita hanya dapat mengunakan moda transportasi yang telah disediakan oleh oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Kita juga diwajibkan untuk mengurus berbagai perizinan. Kendati memiliki peraturan yang ketat, namun pada hakekatnya Kota Tembagapura dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.

Ada dua moda transportasi yang disediakan untuk menuju Kota Tembagapura, yaitu helikopter dan bus. Helikopter dan bus yang disediakan dapat diakses dari Bandara Moses Kilangan, Mimika. Sebelumnya bandara ini dimiliki oleh PT Freport Indonesia. Namun akhirnya bandara ini dihibahkan oleh PT Freport Indonesia kepada pemerintah daerah terkait. Kita tidak dapat menentukan pilihan apakah ingin menggunakan moda transportasi helikopter atau bus untuk ke Kota Tembagapura. Semuanya ditentukan oleh otoritas bandara yang mewakili PT Freeport Indonesia.

Baik menggunakan helikopter atau bus, akan sama-sama menyajikan pemandangan alam yang menawan. Untuk itu perjalanan akan lebih menyenangkan bila dilakukan pada siang hari. Apabila menggunakan helikopter, anda akan disuguhi pemandangan barisan pemukitan yang diselimuti oleh hijaunya hutan hujan tropis. Disela-sela perbukitan tersebut tak jarang mengalir aliran sungai yang indah. Ada pula lokasi di mana anda dapat menikmati pemandangan  perkampungan penduduk asli Papua dari udara.

Perjalanan dengan bus juga tidak kalah menyenangkan. Kita juga dapat menikmati pemandangan yang indah. Pemandangan yang paling berkesan dimulai dari check point MP 66 (hidden valley). MP merupakan singkatan dari Mile Post. Dari hidden valley, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Kota Tembagapura sekitar 10 menit. Posisi hidden valley lebih tinggi dibandingkan Kota Tembagapura. Dari sini kita dapat melihat pemandangan indah Kota Tembagapura. Selama dalam perjalanan dari hidden valley menuju Tembagapura, akan ada pemandangan puluhan air terjun yang turun dari Gunung Aghawagon di sisi kanan kita. Sungguh akan memberikan sebuah pengalaman yang sangat berkesan.

Bus yang digunakan oleh PT Freport bukanlah bus biasa. Bus tersebut dirancang agar dapat melewati jalur esktrim dengan perjalanan yang menanjak perbukitan dan gunung. Bus ini juga memiliki suspensi yang bagus, sehingga guncangannya tidak terlalu terasa meskipun melintasi jalur yang ekstrim. Satu lagi, bus ini dibuat anti peluru demi menyiasati berbagai teror yang masih dijumpai di tanah Papua.

Bus khusus milik PT Freport Indonesia (foto : puspasiagian.com)

Kondisi Kota Tembagapura sangat kontras bila dibandingkan dengan distrik atau kota kecamatan lainnya di Indonesia. Tata Kota Tembagapura sangatlah baik. Bahkan sekilas seperti kota-kota di negara maju. Selain tata kota yang sangat baik, fasilitas di Kota Tembagapura juga cukup lengkap. Kota ini telah memiliki berbagai fasilitas  standar untuk kawasan perkotaan, seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, fasilitas olahraga, pusat perbelanjaan, taman bermain, pembangkit listrik, pengolahan air bersih dll. Hal inilah yang membuat Kota Tembagapura terasa istimewa. Ditengah hutan belantara, ternyata ada sebuah kota yang indah dengan fasilitas yang lengkap.

Referensi :

  1. http://www.kompasiana.com/riosuperstar/tembagapura-kota-pertambangan-yang-memesona-di-papua_55281ea3f17e61911b8b45bc
  2. http://www.padusi.com/ani/comment/?id=B0000074

Senin, 07 November 2016

Bukittinggi, Kota yang Pernah Menjadi Ibukota Kabupaten hingga Ibukota Negara


Bukittinggi merupakan salah satu kota di provinsi Sumatera Barat. Di kota inilah salah satu proklamator Indonesia dilahirkan, yaitu Mohammad Hatta. Populasi kota Bukttinggi sekitar 117.097 jiwa. Sedangkan luas wilayahnya hanya 25,24 kilometer persegi. Dilihat dari Populasi dan luas wilayah, Bukittinggi bisa dikategorikan sebagai kota kecil. Namun walau tergolong kota kecil, Bukittinggi memiliki nilai sejarah yang besar bagi Indonesia. Sejarah mencatat, kota ini pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi hingga ibukota negara. Mungkin cuma Bukittinggi satu-satunya kota di Indonesia yang pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi dan ibukota negara sekaligus. Kota ini juga pernah menjadi benteng pertahanan tentara Belanda dan Jepang untuk regional Sumatera.

Bukittinggi pernah menjadi ibukota Republik Indonesia pada masa PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia). Pemerintahan ini dibentuk sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Soekarno dan Hatta ditangkap oleh Belanda. Terbentuknya PDRI berlangsung pada 22 Desember 1948-13 Juli 1949 yang dipimpin oleh Syafruddin Prawinegara. Tujuan dibentuknya PDRI adalah untuk menunjukan bahwa negara Republik Indonesia masih berdiri kendati saat itu para pemimpin Indonesia ditangkap oleh Belanda.

Kota Bukittinggi memiliki peranan yang penting selama masa PDRI ini. Bukittinggi berperan sebagai ibukota negara setelah Yogyakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia saat itu jatuh ketangan Belanda. Dari kota Bukittinggi inilah para pemegang mandat pemerintahan Republik Indonesia melanjutkan perjuangan Soekarno dan Hatta.

Bukittinggi juga pernah menyandang status sebagai ibukota provinsi. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sumatera menjadi salah satu provinsi yang mula-mula dibentuk  dengan gubernurnya Mr. Tengku Muhammad Hasan. Untuk status ibukota provinsi, dipegang oleh kota Bukittinggi. Kemudian dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 4 tahun 1949, Bukittinggi ditetapkan sebagai ibukota provinsi Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Sekarang masing-masing keresidetan tersebut telah menjadi provinsi-provinsi sendiri.

Setelah keresidenan Sumatera Barat naik status menjadi provinsi, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai ibukota provinsinya. Semenjak tahun 1958, secara de facto ibukota provinsi telah pindah ke kota Padang. Namun secara de jure, barulah pada tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi ibukota provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut dikukuhkan melalui peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1979 yang memindahkan ibukota provinsi Sumatera Barat dari kota Bukittinggi ke kota Padang.

Selain pernah menjadi ibukota negara dan ibukota provinsi, Bukittinggi juga pernah menjadi ibukota kabupaten. Bukittinggi pernah menjadi ibukota dari kabupaten Agam, Sumatera Barat hingga tahun 1998. Ibukota kabupaten Agam kemudian dipindahkan ke kota Lubukbasung melalui peraturan pemerintah Indonesia nomor 8 tahun 1998.

Sekarang kota Bukittinggi telah menjadi kotamadya yang tidak memiliki status ibukota dari wilayah administarif manapun. Kendati demikian, sejarah akan selalu mencatat kebesaran kota Bukittinggi di masa lalu yang pernah menjadi ibukota kabupaten, ibukota provinsi hingga ibukota negara.

Senin, 17 Oktober 2016

Transformasi Kota Sawahlunto, Dari Bekas Tambang Menjadi Kota Wisata

Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Sumatera Barat. Luas wilayahnya adalah 273,45 kilometer persegi. Dari segi jumlah penduduk, kota Sawahlunto tergolong kota kecil. Populasi kota Sawahlunto tercatat 59.821 jiwa berdasarkan data kependudukan tahun 2014. Mayoritas penduduk kota Sawahlunto berasal dari suku Minangkau dan Jawa. Terdapat juga komunitas-komunitas dari suku lain dalam jumlah kecil seperti suku Batak, Sunda, Bugis dan Tionghoa.

Di era kolonial Belanda, kota Sawahlunto sempat berjaya sebagai salah satu penghasil batubara di Indonesia. Cikal bakal Sawahlunto dijadikan sebuah kota juga berkat adanya penemuan tambang batubara di sana. Kota Sawahlunto mulai memproduksi batubara pada tahun 1889. Salah satu infrastruktur besar yang dibangun Belanda untuk mendukung aktivitas tambang batubara di kota Sawahlunto adalah membangun jalur kereta api yang menghubungkan kota Sawahlunto dengan kota Padang. Jalur kereta api tersebut selesai dibangun hingga kota Sawahlunto pada tahun 1894. Sejak angkutan kereta api dioperasikan, produksi Batubara di kota Sawahlunto terus meningkat hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun. Sayangnya saat ini jalur kereta api Padang-Sawahlunto sudah banyak yang tidak aktif lagi. Rencananya pemerintah akan menghidupkan kembali jalur kereta api Padang-Sawahlunto sebagai salah bagian dari jalur kereta api trans Sumatera yang kelak akan menghubungkan kota Padang hingga kota Pekanbaru.

Sawahlunto tempo dulu (foto : pasbana.com)

Kejayaan kota Sawahlunto sebagai kota tambang akhirnya lenyap pasca habisnya produksi batubara di kota tersebut pada tahun 1998. PT Bukit Asam selaku pengelola tambang batubara di kota Sawahlunto menghentikan segala aktivitas pertambangannya di sana. Hal tersebut memicu arus manusia yang berbondong-bondong meninggalkan kota Sawahlunto. Sepanjang tahun 2002-2005, tercatat 8000 orang meninggalkan kota Sawahlunto. Angka kemiskinan di sana melonjak hingga 20% dan pertumbuhan ekonomi -6,7 persen.

Dengan menurunnya tingkat perekonomian kota Sawahlunto dan ramainya penduduk yang meninggalkan kota tersebut, kota Sawahlunto sempat dijuluki sebagai kota hantu. Namun pemerintah kota Sawahlunto tidak tinggal diam melihat kondisi miris yang dialami kotanya. Berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian kota Sawahlunto. Salah satunya adalah menggenjot sektor pariwisata.

Pemandangan kota Sawahlunto dari udara (foto : aktual.com)

Salah satu upaya pemerintah kota Sawahlunto untuk meningkatkan sektor pariwisata kota Sawahlunto adalah memanfaatkan bekas-bekas peninggalan Belanda sebagai destinasi wisata. Salah satunya adalah gedung Gluck Auf yang dijadikan sebagai Gedung Pusat kebudayaan Sawahlunto. Dulunya gedung ini merupakan sebuah gedung pertemuan. Selain itu ada juga bekas kantor pusat PT Bukit Asam yang dibangun pada tahun 1916 yang  telah menjadi salah satu ikon Sawahlunto. Dapur umum yang dijadikan tempat memproduksi makanan bagi pekerja paksa dan stasiun kereta tempat aktivitas pengangkutan batubara juga tidak luput dijadikan sebagai destinasi wisata. Kedua bangunan tersebut dijadikan sebagai museum yang masing-masing bernama Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api Sawahlunto. Sedangkan bangunan pusat pembangkit listik yang didirikan pada tahun 1894, dijadikan sebagai bangunan masjid dengan nama Masjid Agung Nurul Islam. Masjid ini memiliki menara yang tingginya mencapai 80 meter. Menara tersebut juga bekas peninggalan Belanda. Ada juga bangunan Silo yang berdiri megah di pusat kota Sawahlunto. Silo ini merupakan tempat penimpunan batubara yang telah dibersihkan dan siap diangkut ke pelabuhan Teluk Bayur, Padang.


Kantor PT Bukit Asam Sawahlunto
Kantor PT Bukit Asam Sawahlunto (foto : ptba.co.id)

Objek wisata yang menjadi unggulan kota Sawahlunto adalah atraksi aktivitas tambang, dimana pengunjung dapat melakukan napak tilas pada areal bekas penampangan batubara. Objek wisata ini diberi nama Lubang Suro yang diambil dari nama seorang mandor pekerja paksa, Mbah Suro. Tidak jauh dari Lubang Suro, didirikan gedung info box yang menyediakan berbagai informasi tentang sejarah pertambangan batubara di kota Sawahlunto.

Kota Sawahlunto juga memiliki beberapa objek wisata lainnya. Diantaranya adalah kebun binatang yang memiliki luas sekitar 40 hektar dan Resort Wisata Kandi dengan luas 393,4 hektar. Sawahlunto juga memiliki tiga danau yang terbentuk dari bekas galian penambangan batubara. yaitu Danau Kandi, Danau Tanah Hitam, dan Danau Tandikek. Selain itu di kota Sawahlunto juga terdapat waterboom yang dikenal dengan nama Waterboom Sawahlunto.

Berkat perhatiannya terhadap bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan Belanda, kota Sawahlunto mendapat penghargaan Real Wonder of World 2015 dari Kementrian Pariwisata sebagai destinasi wisata heritage. Selain mengandalkan destinasi wisata haritage, kota Sawahlunto juga gencar melakukan aneka pergelaran budaya untuk mendatangkan wisatawan. Salah satunya adalah Sawahlunto International Songket Carnival yang menghadirkan aneka kreasi dari songket Silungkang. Songket silungkang sendiri merupakan songket asli kota Sawahulunto. Selain itu ada juga Festival Wayang Nusantara yang menampilkan pertunjukan aneka wayang asli Indonesia.

Sawahlunto International Songkat Carnival (foto : rayapos.com)

Meningkatnya sektor pariwisata juga berimbas langsung terhadap perekonomian kota Sawahlunto. Saat ini kota Sawahlunto merupakan kota dengan penduduk miskin terendah kedua di Indonesia setelah kota Denpasar, Bali. Selain itu kota Sawahlunto saat ini telah menjadi kota dengan pendapatan per kapita tertinggi kedua di provinsi Sumatera Barat.